RESUME PENDIDIKAN
INKLUSI
“CARA
MEMBANTU ANAK DENGAN CERDAS ISTIMEWA DAN BAKAT ISTIMEWA AGAR BERHASIL DALAM PENDIDIKAN
INKLUSIF”

OLEH:
NAMA: ULPA ULMI
NIM: (1205095)
PEMBIMBING:
GANDA SUMEKAR
JURUSAN
PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
FAKULTAS ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
NEGERI PADANG
2014
CERDAS ISTIMEWA DAN BAKAT ISTIMEWA (GIFTED)
A. PENGERTIAN
Anak yang memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat
istimewa (gifted) adalah anak yang secara significant memiliki mempunyai IQ 140
atau lebih, potensi diatas rata-rata dalam bidang kemampuan umum, akademik
khusus, kreativitas, kepemimpinan, seni dan/atau olahraga. Anak berkebutuhan khusus atau gifted
(Heward) adalah anak dengan
karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu
menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik.
Menurut definisi yang dikemukakan Renzuli, anak berbakat
(gifted) memiliki pengertian, "Anak berbakat merupakan satu interaksi
diantara tiga sifat dasar manusia yang menyatu ikatan terdiri dari kemampuan
umum dengan tingkatnya di atas kemampuan rata- rata, komitmen yang tinggi
terhadap tugas-tugas dan kreativitas yang tinggi. Anak berbakat (gifted) ialah
anak yang memiliki kecakapan dalam mengembangkan gabungan ketiga sifat ini dan
mengaplikasikan dalam setiap tindakan yang bernilai. Anak-anak yang mampu
mewujudkan ketiga sifat itu di masyarakat memperoleh kesempatan pendidikan yang
luas dan pelayanan yang berbeda dengan program-program pengajaran yang reguler
(Swssing, 1985).
Pengertian lain menyebutkan bahwa anak gifted adalah anak
yang mempunyai potensi unggul di atas potensi yang dimiliki oleh anak-anak
normal. Para ahli dalam bidang anak-anak gifted memiliki pandangan sama ialah
keunggulan lebih bersifat bawaan dari pada manipulasi lingkungan sesudah anak
dilahirkan.
Keunggulan lain yang telah disepakati oleh para ahli
ialah anak-anak gifted mempunyai superioritas dalam bidang akademik. Kiranya
hal itu tidak sulit untuk dimengerti, sebab salah satu syarat penting untuk
meraih prestasi akademik tertentu ialah persyaratan intelegensi.
Penggunaan istilah potensi kecerdasan dan/atau bakat
istimewa berkait erat dengan latar belakang teoritis yang digunakan. Potensi
kecerdasan berhubungan dengan kemampuan intelektual, sedangkan bakat tidak hanya
terbatas pada kemampuan intelektual. Proses mengidentifikasi anak cerdas
istimewa dilakukan dengan menggunakan pendekatan multi dimensional. Artinya
kriteria yang digunakan lebih dari satu (bukan sekedar intelegensi). Batasan
yang digunakan adalah anak yang memiliki dimensi kemampuan umum pada taraf
cerdas ditetapkan skor IQ 130 ke atas dengan pengukuran menggunakan skala
wechsler.
B. CIRI-CIRI / KARAKTER
Karakteristik Anak dengan Cerdas Istimewa/Berbakat
Istimewa
Karakteristik anak berbakat ditinjau dari segi akademik,
sosial/emosi, dan fisik/kesehatan.
1. Karakteristik Akademik
Adapun karakteristik yang dimiliki oleh seorang anak
berbakat, diantaranya:
a. Memiliki ketekunan dan rasa ingin tahu
yang benar,
b. Keranjinan membaca,
c. Menikmati sekolah dan belajar.
d. Memiliki perhatian yang lama terhadap
suatu bidang akademik khusus,
e. Memiliki pemahaman yang sangat maju
tentang konsep, metode, dan terminologi dari bidang akademik khusus,
f. Mampu mengaplikasikan berbagai konsep
dari bidang akademik khusus yang
dipelajari pada aktivitas-aktivitas bidang lain,
g. Kesediaan mencurahkan sejumlah besar
perhatian dan usaha untuk mencapai standar yang lebih tinggi dalam suatu bidang
akademik,
h. Memiliki sifat kompetitif yang tinggi
dalam suatu bidang akademik dan motivasi
yang tinggi untuk berbuat yang terbaik, dan
i. Belajar dengan cepat dalam suatu
bidang akademik khusus.
j. Mudah menyerap pelajaran.
2. Karakteristik Sosial
Ada beberapa ciri individu yang memiliki keberbakatan
sosial, yaitu:
a. Diterima oleh mayoritas dari
teman-teman sebaya dan orang dewasa,
b. Keterlibatan mereka dalam berbagai
kegiatan sosial, mereka memberikan sumbangan positif dan konstruktif,
c. Kecenderungan dipandang sebagai juru
pemisah dalam pertengkaran dan pengambil kebijakan oleh teman sebayanya,
d. Memiliki kepercayaan tentang kesamaan
derajat semua orang dan jujur,
e. Perilakunya tidak defensif dan
memiliki tenggang rasa,
f. Bebas dari tekanan emosi dan mampu
mengontrol ekspresi emosional sehingga relevan dengan situasi,
g. Mampu mempertahankan hubungan abadi
dengan teman sebaya dan orang dewasa,
h. Mampu merangsang perilaku produktif
bagi orang lain, dan
i. Memiliki kapasitas yang luar biasa
untuk menanggulangi situasi sosial dengan cerdas, dan humor.
3. Karakteristik Fisik/Kesehatan
Dalam segi fisik, anak berbakat memperlihatkan :
a. memiliki penampilan yang menarik dan
rapi,
b. kesehatannya berada lebih baik atau di atas rata-rata, (studi
longitudinal Terman dalam Samuel A. Kirk, 1986).Dicontohkan pula oleh Kirk
bahwa seorang anak berbakat usia 10 tahun memiliki tinggi dan berat badan sama
dengan usianya. Yang menunjukkan
perbedaan adalah koordinasi geraknya sama dengan anak normal usia 12 tahun.
Mereka juga memperlihatkan sifat rapi.
Karakteristik anak berbakat secara umum, seperti yang
dikemukakan oleh Renzulli, 1981 (dalam Sisk, 1987) menyatakan bahwa keberbakatan
(giftedness) menunjukkan keterkaitan antara 3 kelompok ciri-ciri, yaitu (a)
kemampuan kecerdasan jauh di atas rata-rata, (b) kreativitas tinggi dan (c)
tanggung jawab atau pengikatan diri terhadap tugas (task commitment).
Masing-masing ciri mempunyai peran yang menentukan.
C. PENYEBAB
atau FAKTOR
Faktor yang menyebabkan Anak dengan Cerdas
Istimewa/Berbakat Istimewa
(gifted)
1. Hereditas
Hereditas adalah faktor yang diwariskan dari orang tua,
meliputi kecerdasan, kreatif produktif, kemampuan memimpin, kemampuan seni dan
psikomotor. Dalam diri seseorang telah ditentukan adanya faktor bawaan yang ada
setiap orang, dan bakat bawaan tersebut juga berbeda setiap orangnya. Namun U.
Branfenbrenner dan Scarr Salaptek menyatakan secara tegas bahwa sekarang tidak
ada kesangsian mengenai faktor genetika mempunyai andil yang besar terhadap
kemampuan mental seseorang.
2. Lingkungan
Lingkungan, hal-hal yang mempengaruhi perkembangan anak
berbakat ditinjau dari segi lingkungannya (keluarga, sekolah dan masyarakat).
Lingkungan mempunyai peran yang sangat besar dalam mempengaruhi keberbakatan
seorang anak. Walaupun seorang anak mempunyai bakat yang tinggi terhadap suatu
bidang, tanpa adanya dukungan dan perhatian dari lingkungannya seperti,
masyarakat tempat dia bersosialisasi, keluarga tempat ia menjalani kehidupan
berkeluarga, tempat dia menjalani kehidupan dan mengembangkan keberbakatan itu
dapat membantunya dalam mencapai ataupun memaksimalkan bakatnya tersebut.
D. JENIS
Anak berbakat atau anak cerdas istimewa / bakat istimewa
atau CIBI atau anak gifted termasuk dalam kategori jenis anak berkebutuhan
permanen dalam kesulitan belajar. Anak berbakat atau anak yang memiliki
kemampuan dan kecerdasan luar biasa adalah anak yang memiliki potensi
kecerdasan (intelegensi), kreatifitas, dan tanggung jawab terhadap tugas (task
commitment) diatas anak-anak seusianya (anak normal), sehingga untuk mewujudkan
potensinya menjadi prestasi nyata, memerlukan pelayanan pendidikan khusus.
Adapun tipe ini
disampaikan pada Seminar Nasional Potensi Luar Biasa Sejuta Anak Cerdas
Istimewa, pada tanggal 23 Februari 2010 di Jakarta.
1. Tipe I (The Succesful)
Dalam dunia
pendidikan, menurut Betts dan Neihart, anak-anak gifted yang terindentifikasi
sebanyak 90 persen adalah dari kelompok tipe ini. Mereka adalah anak-anak yang
mampu meraih yang sangat baik, dan dapat mengikuti sistem pendidikan
konvensional dengan baik. Mereka mendengarkan dan mempelajari dengan baik apa
yang diajarkan baik di sekolah maupun di rumah. Dalam berbagai tes atau ujian mereka
juga meraih skor yang tinggi, disamping itu mereka dapat terpilih dan
mendapatkan tempat dalam program pendidikan anak gifted.
2. Tipe II (The
Challenging)
Tipe ini sering
tidak teridentifikasi oleh sekolah atau orang tua karena mereka tidak menunjukkan
prestasi yang baik. Mereka biasa melakukan segala sesuatu secara spontan dan
seringkali spontanitas itu dianggap kegiatan yang mengacaukan, tidak teratur
dan tidak patuh. Anak kelompok ini biasanya memiliki tingkat kreatifitas yang
sangat tinggi, namun tidak belajar untuk memanfaatkan kebolehannya. Anak ini
lebih banyak frustasi karena sistem pendidikan tidak memberikan keleluasan dan
perhatian kepada mereka baik kreatifitasnya maupun talentanya.
Kelompok gifted ini
adalah kelompok anak yang beresiko tinggi, karena luput dari perhatian dan
tidak ditangani dengan baik dan berakibat pada putus sekolah, perilaku
bermasalah dan masuk ke dalam sirkuit kenakalan remaja dan penyalahgunaan obat
terlarang.
3. Tipe III (The
Underground)
Kelompok ini adalah
kelompok yang menyembunyikan talenta dan kemampuannya. Umumnya terjadi pada
kelompok gifted perempuan diusia sekolah lanjutan pertama. Mereka cenderung
menyembunyikan kemampuannya untuk bisa diterima oleh teman sebayanya. Pada
lelaki biasanya terjadi ketika masa usia SMA karena mereka meresppon
perkembangan sosial yang terjadi disekelilingnya. Ciri mereka biasanya diawal
tahun pelajaran cenderung mampu memaksimalkan kemampuannnya, namun ketika
menjelang akhir mereka mengalami penurunan yang drastis dan bahkan menolak
kelebihan yang ada pada dirinya.
Anak seperti ini
adalah kelompok anak yang merasa tidak nyaman, tidak aman dan merasa cemas.
Bahkan tekanan tidak hanya muncul dari dirinya sendiri, namun juga dari
lingkungan. Teman sebayanya menekan kemampuan mereka untuk bisa menerima
kelebihan mereka. Tidak hanya itu bahkan orang tua dan guru sekalipun
memberikan tekanan yang tidak kalah beratnya kepada mereka.
4. Tipe IV (The
Dropouts)
Kelompok ini
memiliki potensi yang tinggi namun tidak mendapatkan dukungan yang baik dari
sekolah dan orang tua. Mereka cenderung tidak bisa memunculkan prestasinya
dengan harapan dan kemampuannya sendiri. Sistem pendidikan di sekolah
menyebabkan ke-frustasi-an dan pada akhirnya membawanya pada penarikan diri dan
kondisi depresi.
Tipe ini merupakan
dampak dari tidak adanya penanganan yang baik untuk anak kelompok II atau The
Chalanging yang berlanjut kepada frustasi dan depresi. Frustasi dan depresi ini
bisa muncul di sekolah tingkat lanjut namun pada dasarnya telah dimulai sejak
pendidikan dasar. Droupout bukan saja dalam bentuk prestasi sekolah yang
menurun namun juga secara mental dan emosional.
5. Tipe V (The
Double Labeled)
Merupakan kelompok
gifted yang memiliki gangguan secara fisik, emosional tatupun gangguan belajar
(learning disabilities). Anak kelompok ini memerlukan program khusus untuk
modifikasi program yang sesuai dengan kondisinya. Seringkali ia tidak
menunjukkan prestasi sebagaimana anak gifted pada umumnya karena mereka lebih
sering dilihat dari sisi lemahnya, bukan kekuatannya. Misalnya tulisan
yang jelek disebabkan karena motorik halusnya terganggu atau perilakunya yang
kacau sehingga tidak dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik.
6. Tipe VI (The
Outonomous Learner)
Anak gifted yang
sangat mandiri dan mempunyai jiwa kepemimpinan yang sangat kuat. Ia dapat
mengembangkan diri secara kreatif dan mampu memanfaatkan segala sesuatu yang
ditawarkan dalam pendidikan. Apa yang didapatkan dari sekolah dapat ia
kembangkan sendiri sebagai sesutau yang baru. Ia tidak tergantung kepada orang
lain dan sangat independen. Ia dapat menentukan sendiri apa yang ingin
dicapainya, mempunyai sikap diri yang positif. Ia juga mampu mengekspresikan
perasaan, tujuan dan cita-citanya dengan baik dan bebas. Ia sangat disayangi oleh
lingkungan dan mendapatkan dukungan positif. Biasanya ia terpilih menjadi
pemimpin dalam kelompoknya, baik di sekolah maupun d masyarakat.
Bentuk Penyelenggaraan Pendidikan Khusus Bagi PDCI/BI
(Gifted)
Penyelengaraan program pendidikan khusus bagi Peserta
Didik Cerdas Istimewa/Bakat Istimewa (PDCI/BI) dapat dilakukan dalam beberapa
kemungkinan pelayanan anak berbakat dengan cara sebagai berikut:
1. Menyelenggarakan program akselerasi
khusus untuk anak-anak berbakat. Program akselerasi dapat dilakukan dengan cara
"lompat kelas", artinya anak dari Taman Kanak-Kanak misalnya tidak
harus melalui kelas I Sekolah Dasar, tetapi misalnya langsung ke kelas II, atau
bahkan ke kelas III Sekolah Dasar. Demikian juga dari kelas III Sekolah Dasar
bisa saja langsung ke kelas V jika memang anaknya sudah matang untuk
menempuhnya. Jadi program akselerasi dapat dilakukan untuk: (1) seluruh mata
pelajaran, atau disebut akselerasi kelas, ataupun (2) akselerasi untuk beberapa
mata pelajaran saja. Dalam program akselerasi untuk seluruh mata pelajaran
berarti anak tidak perlu menempuh kelas secara berturutan, tetapi dapat
melompati kelas tertentu, misalnya anak kelas I Sekolah Dasar langsung naik ke
kelas III. Dapat juga program akselerasi hanya diberlakukan untuk mata pelajaran
yang luar biasa saja. Misalnya saja anak kelas I Sekolah Dasar yang berbakat
istimewa dalam bidang matematika, maka ia diperkenankan menempuh pelajaran
matematika di kelas III, tetapi pelajaran lain tetap di kelas I. Demikian juga
kalau ada anak kelas II Sekolah Dasar yang sangat maju dalam bidang bahasa
Inggris, ia boleh mengikuti pelajaran bahasa Inggris di kelas V atau VI.
2. Home-schooling (pendidikan non formal
di luar sekolah). Jika sekolah keberatan dengan pelayanan anak berbakat menggunakan
model akselerasi kelas atau akselerasi mata pelajaran, maka cara lain yang
dapat ditempuh adalah memberikan pendidikan tambahan di rumah/di luar sekolah,
yang sering disebut home-schooling. Dalam home-schooling orang tua atau tenaga
ahli yang ditunjuk bisa membuat program khusus yang sesuai dengan bakat
istimewa anak yang bersangkutan. Pada suatu ketika jika anak sudah siap kembali
ke sekolah, maka ia bisa saja dikembalikan ke sekolah pada kelas tertentu yang
cocok dengan tingkat perkembangannya.
3. Menyelenggarakan kelas-kelas
tradisional dengan pendekatan individual. Dalam model ini biasanya bias disebut kelas inklusif adalah kelas yang
memberikan layanan kepada peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan
istimewa dalam proses pembelajaran bergabung dengan peserta didik program
regular. Jumlah anak per
kelas harus sangat terbatas sehingga perhatian guru terhadap perbedaan
individual masih bisa cukup memadai, misalnya maksimum 20 anak. Masing-masing
anak didorong untuk belajar menurut ritmenya masing-masing. Anak yang sudah
sangat maju diberi tugas dan materi yang lebih banyak dan lebih mendalam
daripada anak lainnya; sebaliknya anak yang agak lamban diberi materi dan tugas
yang sesuai dengan tingkat perkem
bangannya. Demikian pula guru harus siap dengan berbagai
bahan yang mungkin akan dipilih oleh anak untuk dipelajari. Guru dalam hal ini
menjadi sangat sibuk dengan memberikan perhatian individual kepada anak yang
berbeda-beda tingkat perkembangan dan ritme belajarnya. Mata pelajaran yang diberikan
pada saat peserta didik CI/BI dikelas khusus adalah mata-mata pelajaran lain
diluar rumpun matematika dan ilmu pengetahuan alam (IPA)
4. Membangun kelas khusus untuk anak
berbakat. Dalam hal ini anak-anak yang memiliki bakat/kemampuan yang kurang
lebih sama dikumpulkan dan diberi pendidikan khusus yang berbeda dari
kelas-kelas tradisional bagi anak-anak seusianya. Kelas seperti ini pun harus
merupakan kelas kecil di mana pendekatan individual lebih diutamakan daripada
pendekatan klasikal. Kelas khusus anak berbakat harus memiliki kurikulum khusus
yang dirancang tersendiri sesuai dengan kebutuhan anak-anak berbakat. Sistem
evaluasi dan pembelajarannyapun harus dibuat yang sesuai dengan kebutuhan
DAFTAR
RUJUKAN
Kustawan Dedy, M.pd Drs. April 2013. Bimbingan Dan Konseling Bagi Anak
Berkebutuhan Khusus. Jakarta. PT Luxima Metro Media..
http://internasional.kompas.com/read/2012/07/09/09511761/Mendidik.Anak.Genius
Tidak ada komentar:
Posting Komentar